Mungkin sebagian orang tidak mengenal atau tidak tahu tentang Kec. Salem
- Brebes.. Ya wajar saja mungkin karena daerahnya terpencil dan jauh
dari kota, karena berada di pegunungan dengan udara yang sejuk dan
pemandangan yang eksotis.. Oke.. dalam artikel ini akan dibahas asal
muasal sejarah Kec. Salem - Brebes...
Semua penduduk Kecamatan Salem berbahasa dan berkebudayaan Sunda sejak
berabad-abad yang lampau, sehingga mereka adalah penduduk asli di daerah
ini. Pada masa lampau, daerah Salem termasuk dalam wilayah Kerajaan
Galuh dan Kerajaan Pajajaran. Ada sementara cerita lisan yang mengatakan
bahwa penduduk Salem ada keterkaitan dengan Kejadian Perang Bubat zaman
Majapahit. Setelah Perang Bubat, ternyata tidak seluruh
punggawa/pengawal/rakyat
Pajajaran mati terbunuh, dan kembali ke Jawa Barat. Ada sisa-sisa
punggawa tersebut menetap diwilayah kecamatan Salem. Peninggalan
penduduk pertama tersebut, sebagian dapat dilihat di situs Gunung Sagara
(Lautan). Pada abad ke-19 ditemukan naskah lontar tua di situs Gunung
Sagara yang menggunakan Bahasa Sunda kuna[rujukan?]. Naskah ini dibawa
bupati Brebes RAA. Tjandranegara dan diserahkan kepada seorang ahli
bahasa KF. Holle untuk kemudian disimpan di Batavia. Paling tidak ada
dua naskah Sunda yang terkenal, yaitu Sewaka Darma dari Kabuyutan
Ciburuy, Garut dan Carita Ratu Pakuan, yang menyebutkan sendiri bahwa
(isi) naskahnya berasal dari (dan hasil bertapa dari) Gunung Kumbang
(1218). Gunung Kumbang masa lampau mungkin adalah sebuah tempat lemah
dewasasana, kabuyutan, dan tempat bagi para intelektual masa kerajaan
Sunda. Mungkin di sini termasuk pula Gunung Sagara, di mana Gunung
Sagara terletak di lereng selatan Gunung Kumbang tersebut.
Daerah Sunda di daerah Salem dan sekitarnya mempunyai perbedaan
kebiasaan dengan daerah Sunda lainnya (Priangan, Banten, Karawang, dsb).
Perbedaan tersebut terutama dapat dilihat dalam hal adat budaya,
bahasa, detail bentuk-bentuk kesenian, dan juga dalam tatacara beragama.
Tata cara beragama penduduk Salem kelihatannya masih terdapat unsur
kegamaan Hindu dengan campuran-campuran adat setempat yang kental. Pada
zaman Hindia Belanda, penduduk Salem masih ada yang melestarikan atau
melaksanakan praktek perkawinan model animisme. Misalnya, jika penduduk
bermaksud hendak melaksanakan pernikahan, maka mereka akan mendaki
dahulu ke lereng Gunung Sagara. Jika di lereng Gunung Sagara terlihat
ada burung yang melakukan perkawinan, artinya kedua mempelai tersebut
direstui oleh penghuni Gunung Sagara.
Wilayah Salem merupakan kecamatan terpencil, tetapi sempat juga
ditetapkan menjadi sebuah kawedanan pada masa penjajahan Belanda.
Penetapan ini diperkirakan disebabkan strategisnya daerah Salem. Pada
era awal perang kemerdekaan, Salem juga menjadi pusat pertahanan atau
tempat mengungsi Bupati Brebes pro Republik. Waktu itu bupati kembar,
yang pro Belanda disebut bupati Recomba berkantor di Brebes (Gandasuli),
sementara bupati RI berkantor di desa Bentarsari, Salem. Mengingat
daerahnya yang strategis tersebut, setelah Perang kemerdekaan usai
daerah ini juga pernah menjadi daerah basis pemberontak DI/TII pimpinan
Amir Fatah.
Tahun 1960-an di daerah ini juga muncul gerakan-gerakan yang berafiliasi
dengan pemberontakan G.30.S/PKI di Jakarta. Hal itu konon erat
kaitannya dengan keberadaan pasukan TNI yang pernah bertugas di daerah
Salem. Bagi masyarakat setempat tidak bisa dilupakan, ketika ada pasukan
penumpas DI/TII (konon dari Div 449). Kejadian terakhir inilah yang
menarik. Salem adalah daerah basis pesantren tradisional, tetapi kenapa
banyak ditemukan anasir-anasir yang bertentangan dengan semangat
pesantren.
by:nafisya
http://azistakata.blogspot.co.id/2014/07/asal-muasal-kecamatan-salem-brebes.html